Saya adalah seorang 'drop-out' dari TK saya di Korea beberapa tahun yang lalu. Saya sering berkelahi dengan murid-murid laki-laki hingga akhirnya memutuskan untuk berhenti sekolah. Tetapi prestasi sekolah saya cukup bagus, sehingga saya jadi meremehkan manfaat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Namun, saya sadar sekarang bahwa saya sangat beruntung memiliki seorang ibu yang sering membacakan buku dan mengajari saya bagaimana cara menghitung. Jadi, meskipun saya keluar dari TK, saya tetap mendapatkan pendidikan anak usia dini di rumah. Hal ini belum tentu terjadi bagi banyak anak-anak di seluruh dunia, terutama mereka yang berasal dari keluarga marginal dan miskin di Indonesia.
Kapasitas intelektual dan fisik anak ditentukan pada usia dini. Mereka membutuhkan seseorang untuk membantu perkembangan mereka selama masa pertumbuhan otak. Hal ini seharusnya tidak tergantung pada keberuntungan belaka, yaitu apakah mereka memiliki orang tuan yang bisa memberikan waktu dan perhatian untuk mengajarkan mereka membaca, menulis, dan berhitung.
Guru adalah kunci untuk perkembangan anak. Saya sering memikirkan kutipan terkenal di McKinsey Report: "kualitas sistem pendidikan tidak dapat melebihi kualitas gurunya". Anak-anak membutuhkan guru yang tidak hanya mengajarkan keterampilan tetapi juga memiliki kesabaran dan keperdulian terhadap anak-anak.
Itulah mengapa saya merasa sangat senang ketika bertemu Ibu Sri Emy, seorang pelopor PAUD, saat berkunjung ke Surabaya. Ibu Sri Emy adalah pendiri dan kepala Puspa Hati Centre – sebuah pos PAUD di kota tersebut. Pos PAUD ini adalah salah satu dari 32 pos-pos yang didukung oleh UNICEF dengan kontribusi keuangan dari Alfamart dan Alfamidi.
Ibu Sri Emy mempunyai tiga anak, tapi kemudian sadar bahwa banyak anak-anak lain di lingkungannya yang tidak mendapatkan kesempatan yang adil untuk berkembang. "Anak-anak yang lahir di keluarga kaya mendapatkan peluang untuk berkembang, anak-anak miskin terabaikan. Kita perlu memberikan peluang yang adil bagi semua anak," katanya.
Ibu Sri Emy pun membulatkan tekadnya untuk mengambil tindakan. Ia menghadiri berbagai pelatihan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang relevan, lalu membuka sebuah pos PAUD di rumahnya sendiri.
Siswa siswi yang menghadiri pos PAUD ini adalah anak-anak pedagang pasar atau tukang becak. Sebelum pos ini didirikan, mereka sering menghabiskan waktu di pasar sembari menunggu orang tua mereka bekerja. Kini mereka mendapatkan akses terhadap layanan PAUD.
Namun masih ada tantangan yang dihadapi. Semakin banyak anak-anak miskin yang ingin mendaftar, tapi subsidi pemerintah terbatas. Ibu Sri Emy memutuskan untuk memecahkan masalah ini sendiri. Jika orang tua tidak mampu membayar biaya, mereka tidak harus mengeluarkan anak-anak mereka dari pos PAUDnya.
Para guru di pos ini sangat termotivasi untuk semakin meningkatkan keterampilan mereka agar bisa memberikan layanan PAUD yang lebih baik. Komitmen seperti ini adalah kelebihan utama dari pos ini. Di antara delapan guru, enam dari mereka telah mengajar sejak pusat PAUD ini didirikan. Mengikuti jejak Ibu Sri Emy, beberapa guru bahkan sedang mengejar gelar sarjana di bidang PAUD.
Ibu Sri Emy menekankan bahwa tanggung jawab utama dari pengembangan anak usia dini adalah pada orang tua. Posnya telah mengadakan sesi pengasuhan yang berfokus pada perubahan sikap orang tua terhadap hak-hak anak. Di sebuah desa miskin, hak-hak anak seringkali diabaikan, hingga kadang berakibat pada kasus kekerasan domestik dan pelecehan anak.
"Orang tua adalah panutan anak-anak mereka," ucap Ibu Sri Emy. "Perilaku kekerasan biasanya didapatkan anak-anak dari orang tua mereka. Inilah mengapa perubahan perilaku orang tua menjadi salah satu kegiatan utama PAUD."
Memberikan peluang yang adil untuk semua anak dimulai dengan penyediaan layanan PAUD yang berkualitas dan tepat waktu. Saya merasa terhormat bisa bertemu dengan seorang pejuang PAUD, yang memberikan dampak kepada begitu banyak anak-anak. Kunjungan ke Surabaya ini adalah salah satu pengalaman paling mengesankan selama waktu saya dengan UNICEF. Kini saya memiliki apresiasi yang semakin tinggi terhadap betapa pentingnya PAUD.
Sun Wook Jung, Education Officer http://indonesiaunicef.blogspot.com/2015/06/pendidikan-anak-usia-dini-peluang-yang.html