Tepatnya di Kecamatan Kuta, Bali, Alif mewakili Mitra Muda terlibat selama dua hari penuh pada 10-11 Oktober 2023 dalam Pre-Forum untuk kaum muda yang diinisiasi oleh Sekretariat Internasional untuk Air (SIA). Sebagai pemegang mandat dalam Konferensi Air PBB ‘23, SIA memiliki tugas untuk memastikan keterlibatan anak muda dalam aktivisme sektor air. Dalam konteks Forum Air Dunia (FAD) Ke-10, SIA berkomitmen untuk memperkuat misi mereka dalam menginisiasi, memfasilitasi, serta mengimplementasikan perubahan sistem untuk mewujudkan tata kelola air yang berkelanjutan di berbagai level sektor serta mempromosikan pemberdayaan aktor yang terlibat, termasuk kaum muda.
Sebagai perwakilan dari SIA yang hadir pada Pre-Forum, terdapat Pak Suren selaku anggota dari dewan pengarah, Kak Elysa sebagai koordinator untuk sektor kaum muda, serta ada Kak Coline sebagai manajer proyek dari SIA yang sekaligus mendampingi dan memandu keseluruhan sesi Pre-Forum.
Gambar 1. Pre-Forum untuk Kaum Muda
Selama pelaksanaannya, Alif pun tidak sendiri. Ia ditemani oleh sekitar 25 anak muda lain dari berbagai negara seperti Mesir, Costa Rica, Jepang, dan Switzerland untuk saling berbagi praktik baik, mengembangkan serta menyelaraskan prioritas advokasi, belajar keterampilan dan pengetahuan baru di bidang air terutama soal berbagai mekanisme forum pada FAD Ke-10, serta menyusun mekanisme pelibatan anak muda dalam “Youth Space” pada FAD Ke-10 yang rencananya akan dihelat pada 18-24 Mei 2024 mendatang di Bali.
Berlokasi di Hotel SOL by Melia, kegiatan Pre-Forum pun dibuka secara formal dengan sambutan oleh Bapak Suren Gevinian selaku anggota tim direksi dari Sekretariat Internasional untuk Air. Secara umum, hari pertama Pre-Forum dikemas dengan sangat hidup dan menyenangkan. Kegiatan berjejaring, materi, serta permainan berselang-seling memberikan kesan tak terlupakan.
Gambar 2. Alif sebagai Delegasi Mitra Muda Kluster WASH
“Di hari pertama, aku paling terkesan dengan tiga momen penting. Pertama ketika mengenalkan Mitra Muda, khususnya untuk kluster air, sanitasi, dan higiene. Lalu saat melakukan diskusi meja bundar di mana kita menggali isu prioritas yang kemudian akan dijadikan pesan kunci”, ungkap Alif, delegasi Mitra Muda UNICEF Indonesia untuk topik Water, Sanitation, dan Hygiene (WASH).
Dalam penentuan isu prioritas, Alif sempat menyampaikan dua isu penting yang ada di Indonesia berkaitan dengan sub-tema “Air untuk Alam dan Manusia” yang waktu itu dipandu oleh Kak Mahmoud dari Groundwater Youth Network UNESCO. Dua isu tersebut meliputi perilaku penggunaan air dan praktik sanitasi yang buruk serta optimalisasi penggunaan air skala rumah tangga.
Gambar 3. Diskusi Meja Bundar
Selama forum berlangsung, para delegasi secara intens fokus dalam mendiskusikan 6 sub-tema utama di antaranya keamanan dan kemakmuran air; air untuk alam dan manusia; pengurangan dan manajemen risiko bencana; tata kelola, kerjasama, serta diplomasi air; pendanaan air berkelanjutan, serta pengetahuan dan inovasi.
Secara spesifik untuk sub–tema 6 yakni “Pengetahuan dan Inovasi”, Alif pun menyampaikan aspirasinya bahwa dalam menyebarkan pemahaman hingga memunculkan perubahan perilaku, dalam penyusunan desain program, kita sebetulnya bisa menyasar level keluarga sebagai satu unit sosial dalam masyarakat dengan memanfaatkan privilese antar generasi serta ikatan personal yang dimiliki. “Bayangkan, cara ini akan cukup efektif dalam akselerasi dampak karena langsung menyasar komunitas antar generasi”, tambahnya.
Selain itu, pada malam harinya, bertempat di Hotel Grand Nusa Dua, delegasi anak muda terpilih dalam Pre-Forum pun diundang untuk berdiskusi dengan tajuk “Dialog Antar Generasi” yang diprakarsai oleh lembaga Kemitraan Air Global (KAG). Pada momen ini, sekitar 10 delegasi berbincang santai dengan kalangan swasta, inovator muda, serta komite penyelenggara terkait ruang-ruang yang dapat diisi peran anak muda dalam menjalankan advokasi isu air yang efektif pada sektor swasta.
“Anak muda tidak seharusnya menjadi kelompok yang dipinggirkan. Mereka adalah sebuah investasi untuk masa depan kita”, pungkas Bapak Atem S Ramsundersingh selaku anggota Dewan Pengarah KAG di sela-sela perbincangan.
Gambar 4. Sesi Dialog Antar Generasi
Keesokan harinya, kembali bertempat di Hotel SOL by Melia di Kecamatan Kuta, ke-25 delegasi anak muda pun mengawali sesi dengan merundingkan sebuah dokumen yang disebut sebagai “Position Paper” yang disusun dalam Konferensi Air PBB ‘23. Dalam dokumen tersebut, terdapat 5 poin utama yang harus ditinjau dan beberapa di antara delegasi seperti Kak Kenneth dari Costa Rica misalnya, menyerukan soal pentingnya keseimbangan representasi baik secara geografis, umur, maupun kelompok masyarakat dalam tiap pelaksanaan dialog strategis.
Berpindah ke sesi berikutnya, ada Kak Kharisma dan Kak Neil dari Dewan Air Global yang memberikan pemahaman terkait detail mekanisme pelaksanaan forum yang dibagi menjadi 3 proses termasuk proses politik, proses tematik, dan proses regional. Dalam pelaksanaannya, desakan untuk mengadakan diskusi terbatas dan tertutup antara pemimpin dunia dengan representatif anak muda pun diusulkan oleh Kak Kiara dari Foreign Policy Community of Indonesia. “Harapannya sih diskusi ini bisa dikemas kasual ya karena pada beberapa kondisi, anak muda lebih bisa berekspresi di tengah situasi yang relatif santai”, imbuhnya.
Selain berdiskusi, ke-25 delegasi pun bahu-membahu menciptakan karya seni berupa lukisan indah yang menggambarkan impian masa depan mereka untuk sektor air. Dalam lukisan tersebut, tersirat sebuah pesan dari anak muda yang menggambarkan pentingnya keseimbangan dalam tata kelola sumber daya air untuk mewujudkan kualitas hidup masyarakat dunia yang lebih baik.
Secara keseluruhan, pada tanggal 12-13 Oktober, sekitar 20 anak muda ikut serta bersama tim ISW dalam pertemuan persiapan kedua FAD ke-10. Selama pertemuan tersebut, terhitung 3 delegasi muda diberikan kesempatan untuk memberikan sambutan dalam upacara pembukaan dan sebanyak 20 delegasi mengambil peran aktif dalam setiap sesi tematik untuk menyampaikan pesan-pesan mereka. Selain itu, kelompok anak muda ini juga bertemu dengan berbagai pengambil keputusan dan pemangku kepentingan untuk mendiskusikan dan memastikan bagaimana suara kaum muda akan diintegrasikan ke dalam forum dan didengar.
Bekerja sama dengan kelompok kerja pemuda dari dewan kerja global, komite penyelenggara nasional, dan SIA,delegasi pemuda mencapai kesepakatan sementara dengan dewan air dunia bahwa setiap sesi akan memiliki minimal seorang pembicara dari kalangan kaum muda.
Pada akhir Pre-Forum, tiap delegasi pun diharapkan dapat menyebarkan narasi soal air dan berkomitmen untuk bersama memperkuat tekad untuk saling mendukung, menginisiasi aksi, serta menumbuhkan ruang-ruang diskusi di sektor air di daerahnya masing-masing.
“Kalian datang sebagai individu dan kini pulang sebagai sebuah komunitas yang berdampak bersama untuk menggapai sesuatu untuk masa depan milik kita bersama”, harap Pak Suren dalam sesi refleksi sebelum penutupan Pre-Forum untuk FAD Ke-10.
-------------------------------------------
Artikel ini ditulis oleh Alif, delegasi Pra-Forum Pemuda dari WASH Mitra Muda UNICEF Indonesia dengan bantuan dari Ibu Coline dan Bapak Suren dari Sekretariat Internasional untuk Air (SIA). Diedit oleh Shabrina Dwi Nova