Polusi udara yang akhir-akhir ini menjadi isu yang sering dibicarakan di sosial media, khusus-nya yang terjadi di Jakarta ternyata juga menjadi perbincangan serius di banyak kota besar di wilayah Asia-Pasifik. Asia-Pasifik menjadi wilayah rentan dengan jumlah penduduk sebanyak 4 miliar orang dan 90% diantaranya terkena dampak akibat polusi udara. Selain itu, sekitar 7 juta kematian dini diakibatkan oleh polusi udara, dan 2/3 kasus tersebut terjadi di wilayah Asia-Pasifik (WHO, 2021).
Gambar 1. Foto profil pembicara pada gelar wicara “From Solution to Pollution”. (Sumber: ARNEC)
ARNEC berkolaborasi dengan UNICEF, Plan International, Save the Children, Vital Strategies, dan Kementerian Kesehatan Thailand mengadakan gelar wicara yang bertajuk “Dari Polusi Menuju Solusi: Udara Bersih untuk Anak-Anak di Asia Pasifik”. Gelar wicara ini diadakan secara daring pada tanggal 7 September 2023 sebagai salah satu rangkaian acara menyambut G20 di India dan memperingati hari Internasional untuk Udara Bersih dan Langit Biru.
Daffa, seorang aktivis iklim sekaligus Mitra Muda UNICEF Indonesia mewakili anak muda Indonesia dalam sesi gelar wicara tersebut. Ia membagikan langkah-langkah strategis yang harus diambil oleh pemangku kebijakan dalam mengatasi masalah polusi udara, salah satunya adalah tentang perubahan perilaku sosial yang dimana ia menekankan kerjasama multi-pihak baik dari pemerintah sebagai penyedia layanan publik, maupun masyarakat sebagai suksesor kebijakan pemerintah.
Dalam gelar wicara ini, topik utama yang diangkat adalah bagaimana pemerintah, pihak swasta, pemuda, dan lembaga non-pemerintah (NGO) dapat bersinergi untuk mengidentifikasi dampak polusi udara kepada anak-anak, mendorong kerjasama holistik antar lintas sektor, serta menyoroti peluang dan tantangan yang dihadapi untuk meningkatkan kualitas udara sementara di sisi lain juga meningkatkan partisipasi pemuda dalam adaptasi dan mitigasi di wilayah Asia-Pasifik.
Gambar 2. Salah satu kutipan Daffa dalam gelar wicara “From Solution to Pollution” (Sumber: ARNEC)
Selama sesi gelar wicara, sesi diskusi berjalan dengan sangat dinamis serta banyak dari peserta diskusi yang ikut terlibat dalam membangun dialog konstruktif dengan menyuarakan pendapatnya. “Perubahan perilaku memainkan peran besar dalam menciptakan transisi masa depan yang berkelanjutan, dan sekarang adalah waktunya untuk itu.”, tegas Daffa Praditya. Ia menyoroti betapa krusial nya isu krisis iklim, khususnya polusi udara dan keterkaitan-nya dengan perilaku masyarakat.“Negara-negara maju seharusnya dapat mengurangi jejak emisi karbon karena merekalah kontributor utama polusi udara, dan mereka juga harus secara kolektif mempertanggungjawabkan tindakan mereka dalam krisis iklim ini”, ungkap salah satu peserta lainnya diskusi yang berasal dari Nepal.
Gambar 3. Foto persiapan sebelum gelar wicara berlangsung (Sumber: ARNEC)
Kedepannya, Daffa berharap para pemangku kepentingan dalam menerapkan kebijakan yang holistik-integratif dalam mengatasi masalah krisis iklim, khususnya dalam polusi udara. Jadi bukan hanya langkah solutif yang diterapkan, namun juga langkah preventif agar nantinya kebijakan yang dibuat dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan. Anak muda dalam hal ini juga mempunyai peran penting sebagai pemberi masukan dan pengevaluasi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, oleh karena itu monitoring & evaluation (monev) adalah peran sentral yang dapat dilakukan oleh anak muda untuk mewujudkan keadilan ekologis, inklusifitas, serta kesetaraan bagi semua makhluk hidup di muka bumi.
---------------------------------------------------
Ditulis oleh Daffa Praditya, Diedit oleh Shabrina Dwi Nova