Opinions Cerita Tentang Kami Engagement Reports Join Now
Join U-Report, Your voice matters.
CERITA
Kisah Advokasi Naila: Mengubah Tantangan Jadi Kekuatan

Perjalanan Naila sebagai aktivis kemanusiaan dimulai dari kenyataan pahit yang dihadapinya sebagai penyandang low-vision. Sejak masuk sekolah menengah pertama, ia menghadapi penolakan dan diskriminasi, dengan sindiran seperti "Anak berkebutuhan khusus tidak seharusnya bersekolah di sini" dari guru dan teman-temannya. Pengalaman awal ini memicu semangat Naila untuk menantang norma sosial dan memperjuangkan hak-hak komunitas yang terpinggirkan, terutama perempuan dan penyandang disabilitas.

Kecintaannya pada aksi kemanusiaan semakin dalam saat ia merespons bencana gempa di Kabupaten Cianjur pada tahun 2022. Di tengah kekacauan dan kehancuran, Naila menyaksikan langsung risiko yang meningkat yang dihadapi oleh perempuan dan anak perempuan dalam situasi bencana. Toilet umum yang saat itu lebih banyak digunakan oleh laki-laki membuat perempuan merasa rentan dan tidak aman. Naila mendengar cerita menyedihkan dari anak-anak yang mengungkapkan kasus kekerasan dan pelecehan dan menyoroti kebutuhan mendesak akan respons yang sensitif gender dalam upaya kemanusiaan.

Gambar 1. Naila dan Tim melakukan kegiatan layanan dukungan psikososial saat Respon Tanggap Darurat Gempa Bumi Kabupaten Cianjur, 2022

Naila dan tim mengadakan Kegiatan Dukungan Psikososial selama Tanggap Darurat Gempa Cianjur 2022 Meskipun menghadapi banyak tantangan, Naila tidak gentar. Bersama dengan salah satu LSM, ia memimpin kegiatan Dukungan Psikososial dan Konsultasi Anak selama tanggap darurat, memberikan platform bagi anak-anak yang terkena dampak untuk menyuarakan kebutuhan dan kekhawatiran mereka. Melalui inisiatif ini, Naila memperjuangkan ruang yang lebih aman dan inklusif bagi perempuan dan anak-anak, menantang sikap sosial yang mendukung kekerasan berbasis gender dan diskriminasi.

Kisah advokasi Naila terus berlanjut. Ia mengubah pengalaman buruknya menjadi katalis untuk perubahan dan semakin menyadari kebutuhan mendesak akan inklusivitas. Dorongan ini membawanya ke perannya saat ini sebagai fasilitator Youth Advocacy Guide (YAG) untuk Anak Muda dengan dukungan UNICEF Asia Timur dan Pasifik serta berkolaborasi dengan LSM Lokal dan dunia usaha. Naila memfasilitasi sesi pelatihan "Cara Menjaga Kesehatan Mental sebagai Advokat" ketika Erwin, anggota Mitra Muda UNICEF Indonesia, mengajak Naila untuk bergabung sebagai fasilitator pelatihan.

Gambar 2. Naila memfasilitasi sesi “Menjaga Kesehatan Mental Sebagai Seorang Advokat”

Melalui perannya sebagai fasilitator, Naila berharap dapat ikut serta memberdayakan anak muda lainnya untuk memperjuangkan diri mereka sendiri dan komunitas mereka. Ia melihat kesempatan ini sebagai kesempatan untuk memperkuat suaranya dan membuat perbaikan nyata. Meskipun banyak tantangan yang terus dihadapi oleh penyandang disabilitas, terutama perempuan, dalam mengakses pelatihan dan informasi terkait advokasi, Naila tetap teguh dalam komitmennya untuk membangun ketahanan dan mendorong keterlibatan aktif perempuan muda dan penyandang disabilitas dalam upaya advokasi.

Naila dan fasilitator lainnya membagi dua tahapan kegiatan dalam pelatihan ini; yang pertama adalah tahap persiapan dan simulasi bagi fasilitator untuk menyederhanakan modul dan mengkontekstualisasikannya sesuai dengan konteks lokal. Selain itu, Naila juga berperan dalam pembuatan materi video pelatihan tentang "praktik terbaik dalam menyelenggarakan kegiatan" dan memberikan masukan apakah tempat pelatihan dan materinya aksesibel.

Gambar 3. Video Naila dalam Modul Youth Advocacy Guide

Tahap kedua adalah pelaksanaan pelatihan yang dilaksanakan pada 23-25 Februari 2024 di Kota Bandung, Indonesia. Sebuah kelompok yang terdiri dari 44 peserta, yang dipilih dengan cermat dari ratusan pelamar, bergabung untuk mendapatkan pengalaman unik. Para peserta berusia 15 hingga 24 tahun ini berasal dari berbagai latar belakang, seperti perubahan iklim, manajemen bencana, inklusi disabilitas, WASH, dan hak anak.

Selama pelatihan YAG selama tiga hari, peserta mengikuti pelatihan seru, sesi pelatihan tidak hanya berfokus pada taktik advokasi tetapi juga memprioritaskan kesejahteraan mental para advokat. Naila memfasilitasi dan membagikan strategi pengalamannya untuk perawatan diri sebagai advokat, menyadari pentingnya menjaga ketahanan dan keseimbangan dalam aktivisme mereka. 

Gambar 4. Peserta Pelatihan Melakukan Bermain Peran Dalam Sesi Menyampaikan Pesan Advokasi

Peserta pelatihan memainkan peran dalam menyampaikan pesan advokasi. Seiring berjalannya pelatihan, peserta mengasah kemampuan mereka untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan momentum dalam upaya advokasi mereka. Melalui latihan interaktif dan diskusi kelompok, peserta berbagi wawasan dan strategi berharga, mendorong kolaborasi dan pemberdayaan dalam komunitas. Semangat kolaboratif ini memperkuat upaya advokasi individu dan meletakkan dasar bagi aksi kolektif dan solidaritas di antara para peserta.

"Awalnya, saya mengira pelatihan ini akan formal, dan peserta hanya akan mendengarkan, tetapi ternyata pendapat saya berbeda. Pelatihan yang menyenangkan mendorong peserta untuk berpartisipasi dan merenungkan perjalanan advokasi mereka. Dalam pelatihan ini, kami juga dapat saling belajar tentang praktik terbaik advokasi yang dilakukan oleh peserta lain dan kami dibekali dengan strategi advokasi yang belum pernah saya pelajari sebelumnya." - Wandi (20), salah satu peserta YAG Bandung

Seiring kisah advokasi Naila, ia tetap berdedikasi untuk menciptakan masyarakat yang menghargai dan menghormati suara-suara yang dulunya diabaikan. Sebagai fasilitator, Naila berharap peserta akan meneruskan pelatihan ini ke organisasi mereka. Ia percaya bahwa keterbatasan tidak seharusnya menghalangi kontribusi dalam upaya advokasi. Bahkan tindakan kecil dapat memiliki dampak besar ketika terkumpul.


-----------------------------

Ditulis oleh Erwin Mahendra Eka Saputra (Mitra Muda UNICEF Indonesia). Diedit oleh Shabrina Dwi Nova

See by the numbers how we are engaging youth voices for positive social change.
EXPLORE ENGAGEMENT
UNICEF logo