Nama saya Acha, siswi SMA kelas 2 yang baru-baru ini mulai tertarik pada isu lingkungan. Sebelumnya, saya lebih sering menghabiskan waktu dengan bermain games, menonton serial drama, dan berkumpul dengan teman-teman. Tapi, akhir-akhir ini ada banyak sekali berita mengenai perubahan iklim dan masalah lingkungan lainnya yang membuat saya berfikir “Gimana ya, caranya agar saya bisa memberikan kontribusi pada isu lingkungan, meskipun dengan aksi yang kecil?”
Kebetulan pada akhir pekan lalu, saya mewakili sekolah untuk mengikuti lokakarya mengenai eco enzyme yang dilaksanakan oleh salah satu komunitas belajar di Kota Manado. Awalnya, saya sama sekali tidak mengerti apa itu eco enzyme, hanya pernah mendengarnya saja dari beberapa kakak kelas yang memang sudah aktif di kegiatan lingkungan. Ternyata, salah satu unit kegiatan siswa di sekolah pernah mengadakan kegiatan Eco Warrior, yang mengundang narasumber dari Dinas Lingkungan Hidup untuk menjelaskan eco enzyme. Hasil dari kegiatan tersebut dipamerkan di sekolah yang bertepatan dengan kegiatan EduFair, dan hal tersebutlah yang pada akhirnya membuat saya penasaran dan memutuskan untuk mengikuti lokakarya ini.
Gambar 1. Lokakarya Eco Enzyme yang dilakukan oleh salah satu komunitas di Kota Manado
Lokakarya eco enzyme yang saya ikuti berlangsung seru! Kakak-kakak pemateri mampu menyampaikan materi dengan jelas dan juga bersemangat. Dari lokakarya ini, saya baru mengetahui bahwa eco enzyme merupakan cairan serbaguna dari fermentasi sisa bahan organik seperti kulit buah dan sayuran. Hasil fermentasinya, bisa digunakan sebagai keperluan sehari-hari, mulai dari pembersih lantai, pengharum ruangan, sampai dengan pupuk organik. Yang lebih mengagumkan, Kak Jesita, Direktur Bank Sampah dari Minahasa Utara yang sekaligus menjadi pemateri dalam kegiatan lokakarya ini harus menempuh waktu satu jam untuk berbagi ilmu dengan kami. Selain itu, Kak Jesista juga telah berhasil menggerakkan anak-anak di Minahasa Utara untuk menjaga kuala (sungai) sejak dini.
Gambar 2. Percobaan pembuatan eco enzyme oleh Acha yang bertujuan memberikan kontribusi kepada lingkungan
Aku mulai tertarik ketika pembicara menjelaskan cara membuat eco enzyme. Ternyata, caranya sangat mudah dan hanya membutuhkan tiga bahan utama yaitu sisa kulit buah atau sayur, gula (bisa pake gula merah), dan air. Perbandingannya pun juga mudah diingat, yaitu 1 bagian gula, 3 bagian kulit buah/sayur, dan 10 bagian air. Adapun langkah pembuatan eco enzyme adalah sebagai berikut:
Siapkan wadah plastik yang bisa ditutup rapat
Masukkan gula, sisa kulit buah/sayur, dan air sesuai dengan perbandingan yang telah ditentukan ke dalam wadah
Tutuplah wadah dan rutin dibuka untuk mengeluarkan gas selama 9 hari pertama, namun setelahnya wadah ditutup dengan rapat menggunakan segel lakban
Simpan wadah di tempat yang sejuk dan jauh dari sinar matahari langsung
Sepulang dari lokakarya, saya langsung bersemangat untuk mencobanya di rumah. Bagaimana tidak? Ada banyak sekali manfaatnya, mulai dari membersihkan lantai, mengurangi bau tidak sedap di tempat sampah, menjadi pupuk cair yang bagus untuk tanaman, dan membantu mempercepat pembuatan pupuk kompos organik.
Gambar 3. Dokumentasi kegiatan lokakarya yang diikuti oleh Acha
Setiap harinya, saya mulai rajin mengumpulkan kulit buah dan sayuran. Percobaan pertama saya membuat eco enzyme menggunakan kulit jeruk yang dikumpulkan selama seminggu. Sebagai pengganti molase yang sulit ditemukan di Manado, saya menggunakan gula merah pemberian Ibu. Selama tiga bulan proses pembuatan, saya sering memamerkan eco enzyme kepada teman-teman yang berkunjung sehingga menginspirasi mereka untuk mencoba membuatnya sendiri. Antusiasme mereka juga menginspirasi saya untuk mengajak ibu-ibu PKK di kelurahan membuat eco enzyme bersama pada perayaan 17 Agustus mendatang.
Semenjak saat itu, saya menjadi bersemangat untuk belajar tentang isu lingkungan. Ternyata, tindakan sederhana seperti membuat eco enzyme dapat memberikan dampak yang signifikan jika dilakukan secara bersama-sama. Selain mampu mengurangi sampah organik, namun juga bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari sehingga mendorong saya untuk mengajak teman-teman melakukan hal serupa. Sekarang, eco enzyme sudah jadi bagian dari kehidupan sehari-hariku, dan saya pun mulai ngajak temen-temen yang lain buat ikutan.
Penulis: Eliana Gloria Halid
Editor: M. Aldi Rahman & Imam Soedardji