Regional Partners Roundtable yang berlangsung pada 10-11 Oktober 2024 di Skyview Hotel, Bangkok, mempertemukan berbagai mitra dari seluruh Asia Tenggara untuk berkolaborasi dalam mengakhiri praktik Female Genital Mutilation/Cutting (FGM/C). Pertemuan ini diinisiasi oleh UNICEF dan UNFPA dengan dukungan dari Pemerintah Australia, sebagai bagian dari program "Breaking the Silence: Increasing Accountability on Addressing Female Genital Mutilation in Southeast Asia”. Program ini berada di bawah inisiatif TUSIP (Towards Universal Sexual Reproductive Health and Rights in the Indo-Pacific Initiative) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab terhadap penghapusan praktik FGM/C di kawasan Asia Tenggara.
Gambar 1. Delegasi Indonesia untuk Regional Partners Roundtable to End
Female Genital Mutilations/Cutting (FGM/C) in Southeast Asia
Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai organisasi, di antaranya UNICEF, UNFPA, ASEAN Commission on the Promotion and Protection of the Rights of Women and Children (ACWC), Kementerian Kesehatan Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Komnas Perempuan, Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), serta organisasi advokasi perempuan Kalyanamitra. Adapun Mitra Muda UNICEF Indonesia hadir dengan mengirimkan wakilnya, yaitu Cristina Setianingrum atau yang biasa disapa Itin.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memulai dialog di tingkat regional, menyusun visi bersama, serta merancang kerangka kegiatan jangka pendek-tengah-panjang yang akan menjadi panduan dalam upaya bersama untuk menghapus P2GP di masing-masing negara. Melalui forum ini, para peserta berdiskusi tentang pentingnya akuntabilitas dan komitmen kolektif untuk menangani permasalahan ini secara tuntas.
Beragam aktivitas terlibat dalam pertemuan ini, seperti diskusi kelompok (FGD), berbagi praktik baik dari negara-negara lain, dan diskusi langkah konkret untuk pencegahan dan pelaporan praktik P2GP yang menjadi inti dari acara ini. Kolaborasi dan kerjasama lintas negara pun menjadi pesan penting, dengan tekad untuk memastikan peran anak muda dalam upaya penghapusan P2GP melalui partisipasi yang bermakna. Perwakilan dari anak muda juga diundang untuk memberikan gagasan kreatif dan inovatif mereka dalam upaya melibatkan generasi muda lainnya untuk mendukung penghapusan praktik yang merugikan ini.
Gambar 2. Sesi berbagi praktik baik dari Indonesia & India dalam advokasi kebijakan dan strategi untuk mengakhiri FGM/C.
Dalam kesempatan ini, perwakilan Mitra Muda UNICEF Indonesia, Itin memberikan gagasan dari kacamata anak muda seperti perlu adanya peningkatan kesadaran kampanye bahaya P2GP untuk mendidik teman sebaya. Selain itu, itin menekankan perlunya peningkatan keterlibatan anak muda dalam proses pengambilan keputusan dan kampanye advokasi. Itin juga menyoroti mobilitas komunitas anak muda menjadi modal daya juang yang baik untuk dipupuk secara berkelanjutan. Anak muda memiliki kekuatan pemanfaatan teknologi dan kreativitas dalam mengemas metode advokasi yang menyenangkan sehingga pesan kunci dapat tersampaikan. Di akhir, Itin menegaskan pentingnya untuk memperkuat seluruh gerakan anak muda dan advokasi kebijakan yang kuat untuk melindungi anak perempuan dari praktik P2GP. Kabar baiknya, anak muda akan dilibatkan dalam proses advokasi untuk mengakhiri praktik P2GP di beberapa provinsi di Indonesia.
Gambar 3. Itin berdiskusi dengan delegasi negara lain (Malaysia, Singapura, Filipina & Australia) tentang berbagi praktik baik dari kekuatan komunitas/organisasi
Keseluruhan pertemuan ini menekankan pada urgensi kolaborasi stakeholder dalam mewujudkan kawasan Asia Tenggara yang bebas dari praktik FGM/C. Dengan adanya Regional Partners Roundtable ini, diharapkan visi dan langkah konkrit bersama dapat segera diwujudkan untuk menghapus FGM/C demi menciptakan masa depan yang lebih aman dan setara bagi anak perempuan di Asia Tenggara.
Ditulis : Cristina Setianingrum (Itin)
Editor: M. Aldi Rahman & Imam Soedardji